Perusahaan baja Israel mengalami kebangkrutan yang signifikan setelah Turki menghentikan kerjasama perdagangan terkait isu yang berkembang di Jalur Gaza. Kebijakan ini berdampak langsung pada perusahaan Shaul Gueta yang berbasis di Ashdod, sehingga menimbulkan kerugian besar dalam operasionalnya.
Menurut laporan ekonomi, embargo perdagangan yang diterapkan oleh Turki menyebabkan perusahaan tersebut kesulitan dalam menjaga stabilitas finansial. Shaul Gueta memiliki spesialisasi dalam pengolahan besi tua, dan sebagian besar produksinya diekspor ke Turki, yang menjadi sumber utama pendapatan mereka.
Akibat terhentinya hubungan perdagangan ini, pendapatan perusahaan anjlok drastis. Dalam beberapa waktu terakhir, banyak bisnis yang bergantung pada kerjasama internasional harus menghadapi konsekuensi yang tidak terduga.
Menyoroti Dampak Kebijakan Perdagangan Terhadap Perusahaan Baja
Perusahaan Shaul Gueta sebelumnya mengandalkan hingga 70 persen dari total pendapatannya melalui ekspor ke Turki. Dengan pemberlakuan embargo ini, perusahaan menghadapi situasi yang sangat sulit, di mana utang mereka semakin menumpuk.
Total utang perusahaan diketahui mencapai 105 juta shekel atau sekitar Rp530,3 miliar. Hal ini mencerminkan kondisi finansial yang kritis dan memerlukan langkah-langkah strategis untuk memperbaiki situasi yang merugikan ini.
Volume bisnis yang mengalami penurunan tajam dari 200 juta shekel pada 2022 kini jatuh menjadi 35 juta shekel pada paruh pertama 2025. Penurunan ini jelas menunjukkan dampak dari kebijakan yang diambil oleh Turki, yang secara signifikan mempengaruhi eksistensi perusahaan.
Perkembangan Kasus Kebangkrutan dan Tindakan Hukum
Pemberi kredit terkemuka Shaul Gueta, International, telah mengajukan klaim utang sebesar 18 juta shekel di pengadilan. Ini menunjukkan betapa parahnya beban utang yang harus ditanggung oleh perusahaan setelah kehilangan pendapatan dari ekspor ke Turki.
Kreditur lain yang terlibat dalam kasus ini termasuk Bank Hapoalim dengan klaim sebesar 15 juta shekel, serta Mercantile Bank yang mengajukan tuntutan utang 11 juta shekel. Hal ini menggambarkan situasi keuangan yang tegang bagi perusahaan yang kini berjuang untuk bertahan.
Bukan hanya bank yang terlibat, tetapi perusahaan kartu kredit juga menuntut, dengan utang 5 juta shekel kepada Max. Situasi ini semakin mempersulit perusahaan dalam mencari solusi untuk masalah finansial yang ada.
Implikasi pada Hubungan Turki-Israel dan Ekonomi Regional
Kebangkrutan perusahaan ini bukan hanya dampak bagi Shaul Gueta, tetapi juga mempengaruhi hubungan ekonomi antara Turki dan Israel. Pasalnya, selama ini kedua negara memiliki kerjasama yang cukup baik dalam bidang perdagangan, dan keputusan ini dapat mengganggu stabilitas tersebut.
Selain itu, situasi seperti ini bisa mengakibatkan dampak luas terhadap perekonomian di daerah sekitarnya dan bahkan memperburuk ketegangan politik yang telah ada. Ketika satu sektor ekonomi mengalami kesulitan, sektor lain juga dapat terkena imbasnya.
Dalam konteks yang lebih luas, kebijakan embargo ini bisa mempengaruhi rasa saling percaya antara negara-negara di kawasan, terutama yang terlibat dalam perdagangan. Selanjutnya, hasil dari kebijakan ekonomi ini akan menjadi perhatian besar bagi para pemangku kebijakan.












