Sejumlah aktivis mahasiswa dan warga melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan. Demonstrasi ini bertujuan untuk memperoleh klarifikasi mengenai kualitas makanan yang disajikan, yang belakangan dikhawatirkan tidak memenuhi standar.
Massa yang hadir menuntut penjelasan terkait dengan beberapa temuan makanan yang tidak layak konsumsi, termasuk makanan basi dan tidak segar. Mereka khawatir akan dampak kesehatan yang mungkin ditimbulkan dari makanan yang disajikan di sekolah-sekolah.
Di tengah aksi tersebut, perhatian masyarakat semakin terfokus pada kualitas dan keamanan makanan yang dihidangkan. Beredarnya video yang menunjukkan kondisi makanan di kantin sekolah, termasuk adanya ulat, menambah kekhawatiran tersebut. Hal ini menjadi sorotan utama di tengah tuntutan untuk transparansi dari pihak yang bertanggung jawab.
Tuntutan Warga terhadap Pengelolaan Makanan di Sekolah
Massa menuntut pertanggungjawaban dari pihak SPPG setelah viralnya sebuah video yang memperlihatkan siswa menemukan ulat di atas nampan makanan. “Kami menuntut agar program MBG dihentikan dan SPPG bertanggung jawab atas banyaknya video viral tentang makanan berulat,” ungkap koordinator aksi, Ikhsan, pada Kamis (25/9).
Mahasiswa, yang turut serta dalam aksi tersebut, juga meminta agar dapur dan kantor SPPG di Tamalanrea ditutup sebelum mendapatkan izin operasional yang sah. Hal ini terkait dengan kepatuhan terhadap regulasi yang ada dan keamanan pangan yang menjadi hak setiap siswa.
“Kami mempertanyakan surat perijinan higienis serta kelayakan operasional. Oleh karena itu, kami ingin tahu bagaimana proses pengawasan dalam pengelolaan makanan sebelum dikirim ke sekolah-sekolah,” lanjut Ikhsan, menunjukkan kepedulian masyarakat yang tinggi terhadap isu ini.
Klarifikasi Pihak SPPG dan Respons terhadap Aksi
Setelah melakukan orasi secara bergantian, pihak SPPG Kecamatan Tamalanrea akhirnya menemui pengunjuk rasa dan memberikan klarifikasi. Kepala SPPG Tamalanrea, M Ilham, mengakui bahwa beberapa video yang viral memang berkaitan dengan pengelolaan mereka. “Kami mengakui adanya temuan tersebut, namun seluruh rangkaian pengelolaan sudah sesuai dengan standar operasional yang berlaku,” jelasnya.
Ilham juga menegaskan bahwa mereka terus berupaya memperbaiki kualitas makanan yang disajikan. “Jika ada masalah yang muncul, kami berkomitmen untuk mengatasinya secepat mungkin,” tambahnya, berusaha menenangkan kekhawatiran masyarakat.
Dia juga menyampaikan bahwa pihaknya sedang dalam proses pengurusan izin agar dapat beroperasi dengan lebih baik. “Kami sedang berkolaborasi dengan Badan Gizi Nasional dan mitra terkait untuk meningkatkan kualitas layanan kami,” terangnya.
Permasalahan Program MBG dan Sorotan Masyarakat
Program MBG, yang mulai dilaksanakan pada awal Januari lalu, sudah mendapatkan perhatian publik yang cukup besar. Kasus-kasus terkait kualitas makanan, mulai dari gizi yang tidak sesuai hingga fakta adanya hewan dalam makanan, menjadi alasan utama permasalahan ini mencuat. Beberapa laporan mengenai keracunan juga menambah keprihatinan masyarakat akan program ini.
Menanggapi berbagai keluhan dan temuan tersebut, banyak yang mendesak pemerintah untuk mengevaluasi dan, jika perlu, menghentikan program ini. Tuntutan ini mencerminkan kekhawatiran mendalam terhadap kesejahteraan anak-anak yang seharusnya mendapatkan makanan bergizi dan aman di sekolah.
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, pun mengingatkan bahwa mereka akan menunggu arahan dari Presiden sebelum mengambil langkah lebih lanjut. “Saya tidak akan bertindak sebelum menerima instruksi dari Presiden,” ujarnya, menunjukkan sikap hati-hati dalam mengelola isu yang sensitif ini.
Kesimpulan dan Harapan Masyarakat terhadap Perbaikan
Aksi unjuk rasa ini tidak hanya sekadar menyuarakan ketidakpuasan, tetapi juga menyoroti pentingnya transparansi dalam pengelolaan makanan sekolah. Masyarakat menginginkan bukti nyata bahwa anak-anak di sekolah mendapatkan makanan yang berkualitas dan layak konsumsi.
Dengan adanya tuntutan dan klarifikasi ini, diharapkan pihak-pihak terkait dapat mengambil tindakan yang tepat untuk memperbaiki kualitas makanan yang disediakan. Energi dan kepedulian yang ditunjukkan oleh masyarakat dan mahasiswa menjadi momentum penting untuk meningkatkan pengawasan terhadap program-program pemerintah.
Seluruh elemen masyarakat kini memiliki harapan agar kejadian serupa tidak terulang dan proses pengadaan makanan di sekolah dapat dilakukan dengan lebih baik dan aman. Kesadaran publik yang tinggi adalah kunci untuk menciptakan sistem yang lebih baik dalam penyediaan makanan untuk generasi mendatang.












