Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, diundang sebagai pembicara utama dalam pembukaan AsiaBerlin Summit 2025 yang berlangsung di Rotes Rathaus, Berlin, Jerman, pada Senin (24/11). Acara tahunan ini menjadi platform bagi pemimpin kota, investor, pembuat kebijakan, serta pelaku teknologi dari Eropa dan Asia untuk memperkuat kolaborasi dalam inovasi global.
Kehadiran Pramono pada kesempatan ini menandakan sebuah momentum diplomatik yang signifikan, bertepatan dengan peringatan 31 tahun kemitraan sister city antara Jakarta dan Berlin yang telah terjalin sejak tahun 1994. Dengan latar belakang kerjasama yang panjang ini, harapan akan kolaborasi yang lebih erat semakin besar.
Dalam sambutannya, Pramono menggarisbawahi visi besar Jakarta, yang kini tengah menjalani transformasi besar. Ia menyatakan bahwa tujuan utama adalah menjadikan Jakarta sebagai salah satu dari 50 kota unggulan dunia pada tahun 2030, dengan strategi yang melibatkan kolaborasi global.
Prinsip-prinsip Transformasi Jakarta Menuju Kota Berkelanjutan
Pramono menekankan bahwa transformasi Jakarta tidak bisa dilakukan seorang diri. Ia menyatakan, “Kami membutuhkan mitra global, dan Berlin adalah salah satu mitra strategis dalam perjalanan ini.” Hal ini memberikan sinyal bahwa Jakarta mencari dukungan dan ide dari kota besar dunia.
Dia menerangkan tiga prioritas utama dalam pembaruan kota yang difokuskan pada peningkatan kualitas transportasi publik, kebijakan energi, dan ruang terbuka hijau. Ini merupakan langkah konkret yang dirancang untuk menghasilkan perubahan nyata terhadap wajah kota.
Pramono juga menyampaikan bahwa perencanaan perluasan jaringan Transjabodetabek ke tujuh daerah penyangga, serta peningkatan penggunaan bus listrik hingga 10.047 unit pada tahun 2030 adalah langkah signifikan menuju masa depan yang lebih baik. Pembangunan 300 Ruang Terbuka Hijau (RTH) baru juga sedang dalam tahap realisasi, menandakan komitmen Jakarta terhadap lingkungan.
Peran Jakarta dalam Ekosistem Digital Asia
Tidak hanya membawa pesan transformasi, Pramono juga mengajak sejumlah startup dari Indonesia untuk menunjukkan kemampuan inovasi dalam bidang teknologi. Hal ini menegaskan bahwa Jakarta bukan hanya konsumen teknologi, tetapi juga produsen ide dan solusi dari Asia Tenggara.
Beberapa startup yang turut serta antara lain Crustea, yang menghadirkan solusi IoT untuk budidaya perikanan berkelanjutan, serta Indera Agri yang fokus pada precision farming. Inspirasi lain datang dari Inspigo, yang menyediakan pendidikan berbasis kecerdasan buatan secara on-demand.
Partisipasi ini tidak hanya menggarisbawahi potensi lokal tetapi juga meningkatkan citra Jakarta sebagai pusat inovasi yang berkembang pesat. Dalam konteks ini, Pramono menekankan pentingnya peran kolaboratif dalam dunia yang semakin terhubung ini.
Jakarta dan Berlin Berbagi Tantangan dan Kesempatan
Selama sambutannya, Pramono juga membahas sejumlah tantangan yang dihadapi oleh kedua kota. “Jakarta dan Berlin memiliki tantangan yang sama, seperti mobilitas, perubahan iklim, dan kesenjangan sosial,” ujar Pramono.
Akan tetapi, ia juga menegaskan bahwa tantangan tersebut seharusnya tidak membawa kedua kota pada persaingan, melainkan menjadi landasan bagi kolaborasi. “Kita bisa menjadi contoh bahwa kota-kota di dunia dapat bekerja sama mencari solusi dari masalah yang ada,” ungkapnya.
Menutup pidatonya, Pramono mengajak Berlin untuk menjalin kerjasama lebih lanjut dan membangun masa depan bersama. Ajakan kolaborasi ini diharapkan dapat membangun koneksi lebih dekat antara kedua kota, demi tercapainya visi bersama yang lebih cerah.












