Bunga Rahmawati, seorang siswi berusia 17 tahun dari Kabupaten Bandung Barat, meninggal dunia pada Selasa, 30 September. Kabar duka ini mengguncang masyarakat sekitar, terutama sekolahnya, SMKN Cihampelas, yang baru saja mengalami insiden keracunan massal.
Dalam waktu yang singkat, jenazah Bunga dimakamkan pada Rabu, 1 Oktober, tidak jauh dari rumahnya di Kampung Selakopi. Kejadian tragic ini memicu berbagai spekulasi mengenai penyebab kematiannya yang mendadak dan cukup mengejutkan.
Insiden keracunan massal yang terjadi di sekolah Bunga pada 24 September, enam hari sebelum kematiannya, mendapat perhatian lebih. Meskipun Dinas Kesehatan setempat menyatakan bahwa kematian Bunga tidak berhubungan dengan keracunan tersebut, namun banyak yang bertanya-tanya mengenai kondisi kesehatan Bunga sebelum tragedi ini.
Mengungkap Kronologi Kejadian Sebelum Kematian
Bunga tinggal bersama tiga saudara kandungnya, sementara sang ibu bekerja di luar negeri dan ayahnya menjadi sopir ekspedisi. Sebagai anak kedua dari empat bersaudara, Bunga dikenal sebagai sosok yang ceria dan aktif di sekolah.
Kakak dari ibunya, Nanang, mengungkapkan bahwa Bunga tidak mengeluhkan sakit pasca-insiden keracunan. Setelah kejadian tersebut, ia juga tidak menunjukkan tanda-tanda kesehatan yang buruk, bahkan sempat tidak bersekolah karena libur.
Namun, saat kembali ke sekolah pada 29 September, kondisi Bunga tampak menurun. Ia pulang lebih awal dan mengaku tidak enak badan kepada keluarganya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di antara anggota keluarga dan kerabatnya.
Pada pagi hari sebelum kematiannya, Bunga meminta izin untuk tidak masuk sekolah. Menurut Nanang, saat adik Bunga pulang dan melihat kakaknya dalam keadaan sakit parah, mereka segera mencari pertolongan. Sayangnya, saat ambulan tiba, kondisi Bunga sudah sangat kritis.
Setelah tiba di rumah sakit, Bunga dinyatakan tidak sadarkan diri dan hanya beberapa menit setelah pemeriksaan, dokter menyampaikan bahwa Bunga telah meninggal dunia. Keluarga sangat terpukul menerima kabar duka ini.
Respons Keluarga dan Penolakan untuk Autopsi
Setelah kejadian tersebut, banyak pihak yang mengunjungi rumah duka. Perwakilan pemerintah lokal pun hadir untuk memberikan dukungan kepada keluarga. Namun, saat ditawarkan untuk melakukan autopsi, keluarga menolak, memilih untuk menerima takdir yang telah terjadi.
Menurut Nanang, keluarga tidak ingin menyalahkan siapa pun atas kejadian ini. Mereka percaya bahwa apa yang terjadi adalah bagian dari takdir, meskipun rasa kehilangan yang mendalam tidak dapat dihindari.
Sebelum tragedi ini, Bunga tidak pernah menunjukkan tanda-tanda sakit parah kepada keluarganya. Ia sempat mengeluh mengenai sakit maag, namun tidak ada indikasi bahwa kondisinya akan berujung fatal seperti ini.
Setiap orang yang mengenal Bunga merasakan kehilangan yang mendalam. Terutama berarti bagi keluarga, mengingat Bunga akan segera berulang tahun ke-18 bulan depan. Semua harapan baik kini sirna dengan kehilangan yang tak terduga ini.
Pernyataan Dinas Kesehatan Membingungkan Publik
Pelaksana Tugas Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat, Lia Nurliana, memberikan penjelasan terkait insiden ini. Menurut Lia, kematian Bunga tidak berkaitan dengan kasus keracunan massal yang terjadi di sekolahnya.
Dia menegaskan bahwa gejala kesehatan yang dialami Bunga muncul lebih dari dua hari setelah ia mengonsumsi makanan yang diduga menyebabkan keracunan. Hal ini membuat banyak orang bertanya-tanya tentang kondisi kesehatannya sebelum kematian.
Lia juga menyampaikan bahwa keluarga Bunga mengonfirmasi adanya riwayat sakit lambung. Hal ini mendukung argumen Dinas Kesehatan tentang tidak adanya hubungan antara keracunan MBG dan kematian Bunga.
Keluarga Bunga pun tidak pernah membawa anaknya untuk pemeriksaan kesehatan setelah kejadian keracunan di sekolah. Hal ini menjadi catatan penting dalam proses evaluasi terhadap kejadian tragis ini.
Dari pernyataan ini, berbagai spekulasi muncul di masyarakat. Ada yang merasa ragu dengan penjelasan Dinas Kesehatan, sementara lainnya menganggap bahwa setiap insiden tragis seharusnya ditangani dengan lebih mendalam.












