Sebuah insiden menarik terjadi di lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang terletak di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Seekor harimau sumatera muda diduga terjebak di area perkantoran tersebut, berpindah tempat untuk mengejar hewan lain, sebuah kejadian yang menciptakan perhatian publik dan kekhawatiran akan keselamatan satwa maupun manusia di sekitarnya.
Kepala Resor Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumbar, Ade Putra, menjelaskan bahwa harimau tersebut kemarin pagi mendekati area BRIN. Kejadian ini menjadi sorotan karena satwa yang dilindungi undang-undang tersebut terperangkap di dalam pagar beton, yang menghalanginya untuk kembali ke habitat asalnya.
Detil Insiden Harimau Terjebak di BRIN
Ade Putra menyebutkan bahwa harimau berusia di bawah dua tahun itu terperangkap setelah mengejar anjing di kompleks BRIN. Menurut keterangan petugas, terdapat dukungan berupa bukti rekaman video dan laporan dari saksi yang melihat proses tersebut.
Dengan tinggi pagar 1,5 meter yang mengelilingi lokasi tersebut, harimau itu tidak mampu melarikan diri. Hal ini memperumit situasi, mengingat hanya ada satu pintu keluar yang dijaga oleh petugas keamanan.
Kondisi ini mengakibatkan harimau tidak dapat kembali bertemu dengan induknya, yang bersama dua anak harimau lainnya berada di kawasan sekitarnya. Keberadaan harimau muda ini juga menimbulkan kekhawatiran mengenai keselamatan masyarakat di area tersebut.
Tindakan yang Diambil Oleh BKSDA dan Tim Terkait
Setelah insiden tersebut, BKSDA Sumbar bersama beberapa tim, termasuk mahasiswa dari Universitas Riau, mulai melakukan pemantauan ketat. Mereka menggunakan drone termal untuk mendeteksi lokasi harimau dan merencanakan langkah selanjutnya untuk menggiring satwa tersebut kembali ke induknya.
Aksi penggiringan harimau diharapkan dapat berjalan efektif, sehingga harimau lebih dewasa dapat kembali terhadap keluarga. Namun, jika cara ini tidak berhasil, tim siap untuk melakukan evakuasi menggunakan kandang jebak atau dengan pembiusan yang aman.
Ade Putra menambahkan, “Langkah ini penting agar anak harimau dapat kembali bertemu dengan induknya, yang merupakan upaya kami untuk menjaga keseimbangan ekosistem.” Efektivitas dari strategi ini sangat bergantung pada situasi di lapangan dan perilaku harimau itu sendiri.
Keberadaan Satwa Liar di Lingkungan Manusia
Insiden ini menjadi pengingat akan tantangan yang dihadapi dalam menjaga keberadaan satwa liar di sekitar pemukiman manusia. Selain memperhatikan keselamatan manusia, harus juga mempertimbangkan habitat satwa liar yang semakin menyusut akibat aktivitas manusia.
Sebagian kalangan berharap bahwa kejadian seperti ini dapat menjadi titik awal bagi upaya konservasi dan edukasi mengenai pentingnya keberadaan harimau sumatera. Pihak berwenang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan alami.
Sebagai salah satu spesies yang terancam punah, harimau sumatera memerlukan perhatian ekstra, bukan hanya dari pemerintah, tetapi juga masyarakat luas. Dukungan semua pihak sangat diperlukan dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi satwa liar dan masyarakat.
Dalam hal ini, upaya kolaboratif antara lembaga-lembaga terkait dan komunitas lokal dapat menjadi solusi yang efektif untuk konflik antara satwa liar dan manusia. Program edukasi dan pelatihan yang melibatkan masyarakat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan kesadaran dan saling menghormati antara manusia dan alam.
Di akhir, dukungan dari masyarakat dan kebijakan yang pro-lingkungan sangat penting untuk kelangsungan hidup harimau sumatera. Kejadian ini menambah urgensi untuk melakukan penanganan yang komprehensif dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan manusia dan pelestarian satwa liar.












