Setelah terjadinya bencana robohnya Pondok Pesantren di Sidoarjo, proses identifikasi korban menjadi salah satu fokus utama pihak berwenang. Tim Disaster Victim Identification (DVI) dari Polda Jawa Timur melaksanakan tugasnya dengan penuh dedikasi untuk mengungkap identitas para korban yang tewas.
Kabid Dokkes Polda Jatim, Kombes M Khusnan, menyebut tim DVI berhasil mengidentifikasi delapan kantong jenazah yang terdiri dari tujuh jenazah utuh dan satu potongan tubuh. Proses ini menjadi penting untuk memberikan kejelasan kepada keluarga yang sedang berduka.
“Tim DVI Polda Jatim memberikan laporan mengenai hasil identifikasi ini,” ujar Khusnan dalam keterangan resminya, menjelaskan langkah-langkah yang diambil tim untuk mencapai hasil tersebut. Tim menggunakan metodologi yang sudah teruji dalam penanganan identifikasi korban bencana.
Metode Identifikasi yang Digunakan oleh Tim DVI
Proses identifikasi korban melibatkan metode pencocokan data ante mortem dan post mortem. Data ante mortem diambil dari keluarga korban, termasuk catatan medis dan sidik jari, untuk dipadukan dengan data post mortem yang diperoleh dari pemeriksaan jenazah.
Khusnan menegaskan pentingnya teknik pencocokan ini agar semua langkah yang diambil akurat dan tidak terjadi kesalahan identifikasi. Tim DVI menerapkan sistem yang ketat untuk menjaga keakuratan data yang digunakan dalam proses ini.
Dengan beragamnya data yang harus dicocokkan, tim DVI berupaya memastikan bahwa setiap informasi yang diterima sudah sesuai. Saat proses pencocokan berlangsung, setiap detail dari data ante mortem diperiksa dan dibandingkan dengan hasil pemeriksaan jenazah.
Hasil Identifikasi yang Teleh Diumumkan kepada Publik
Setelah proses yang panjang, terdapat delapan korban yang berhasil diidentifikasi hingga saat ini. Penamaan dan alamat korban diumumkan untuk memberi kepastian kepada keluarga yang tengah menunggu informasi mengenai anggota mereka.
Daftar nama-nama korban yang teridentifikasi menjadi informasi yang sangat signifikan bagi masyarakat. Pihak berwenang berupaya memberikan informasi tersebut dengan lengkap agar tidak ada kebingungan di kalangan keluarga yang terkena dampak.
Salah satu contoh adalah teridentifikasinya Maulana Alfan Ibrahimavic, seorang remaja berusia 15 tahun yang alamatnya terletak di Pabean Cantikan, Surabaya. Informasi ini diumumkan pada Rabu (1/10) setelah proses identifikasi yang menyeluruh.
Peran dan Tanggung Jawab Tim DVI dalam Situasi Krisis
Tim DVI memiliki tanggung jawab yang besar dalam situasi bencana seperti ini. Mereka tidak hanya bertugas untuk mengidentifikasi korban, tetapi juga memberikan dukungan psikologis kepada keluarga yang berduka.
Selama proses identifikasi, tim berfungsi sebagai jembatan antara pihak berwenang dan keluarga korban. Penyampaian informasi yang jelas dan transparan menjadi prioritas agar tidak menambah beban pikiran keluarga yang sudah mengalami tragedi.
Ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh tim DVI, baik dari aspek teknis maupun emosional. Namun, ketekunan dan profesionalisme tim menjadi kunci dalam menjalankan tugas yang sangat berat ini.












