Di tengah arus informasi yang begitu cepat, penting bagi generasi muda, khususnya Generasi Z, untuk memahami dan menanggapi beragam isu yang muncul di dunia digital. Angela Tanoesoedibjo, CEO Inews Media Group, baru-baru ini mengungkapkan pentingnya peran aktif generasi muda dalam menciptakan ekosistem digital yang lebih sehat di dalam acara Inews Media Campus Connect di Universitas Padjadjaran. Ia menekankan bahwa kecakapan literasi digital sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan informasi saat ini.
Dalam era globalisasi dan digitalisasi yang pesat, masyarakat dituntut untuk lebih kritis dalam menyaring informasi yang diterima. Angela menjelaskan bahwa di balik keuntungan teknologi, terdapat tantangan serius, seperti penyebaran berita palsu dan disinformasi yang semakin marak.
Menurut Angela, studi menunjukkan bahwa hoaks lebih cepat tersebar dibandingkan dengan informasi yang benar. Dengan angka yang mencengangkan, berita palsu dikatakan menyebar enam kali lebih cepat, menunjukkan betapa rentannya masyarakat kita terhadap informasi yang tidak akurat.
Peran Vital Generasi Muda dalam Literasi Digital
Generasi muda memiliki potensi yang besar sebagai penggerak literasi digital. Menurut Angela, dalam menghadapi banyaknya berita yang tidak benar beredar, sikap kritis dan kemampuan untuk memvalidasi khasiat informasi sangat diperlukan. Hal ini tidak hanya menjaga diri sendiri, tetapi juga membantu orang lain untuk tidak terjebak dalam hoaks.
Dengan munculnya tren positif di kalangan Gen Z, Angela mencatat bahwa mereka semakin cerdas dalam memilih sumber informasi. Banyak di antara mereka yang tidak ragu untuk melakukan pengecekan terhadap kredibilitas suatu berita, sehingga lebih sedikit yang akan menyebarkan informasi yang salah.
Melalui kreativitas dan kecakapan teknologi, Generasi Z dapat mengambil langkah maju dalam meningkatkan kualitas informasi di ranah digital. Angela berharap dengan adanya program Inews Media Campus Connect, mahasiswa dapat berperan aktif dalam menjadi agen perubahan bagi lingkungan digital yang lebih sehat.
Strategi Melawan Disinformasi di Era Digital
Disinformasi bukan hanya soal berita yang salah, tetapi juga bagaimana informasi dapat menyesatkan pemahaman publik. Dalam pandangan Angela, langkah awal yang bisa diambil adalah meningkatkan pendidikan literasi media di kalangan generasi muda. Melalui inisiatif ini, diharapkan mereka dapat memahami lebih baik tentang cara kerja media dan bahaya dari informasi yang tidak valid.
Salah satu strategi yang diusulkan oleh Angela adalah kolaborasi antara institusi pendidikan, media, dan pemerintah. Dengan mendidik masyarakat, terutama generasi muda, tentang cara kritis dalam mengakses informasi, diharapkan mereka dapat membangun ketahanan terhadap hoaks.
Lebih lanjut, penting untuk membuat komunitas yang mendukung diskusi terbuka tentang informasi dan berita yang beredar. Keterlibatan aktif dalam diskusi semacam ini akan membantu generasi muda untuk lebih memahami pentingnya sumber informasi yang terpercaya.
Harapan untuk Masa Depan Literasi Digital
Angela memiliki harapan besar terhadap masa depan literasi digital di Indonesia. Ia percaya bahwa dengan pendidikan yang tepat dan kesadaran yang tinggi, Generasi Z akan mampu memimpin perubahan positif dalam ekosistem informasi. Agar harapan ini tercapai, dukungan dari berbagai pihak sangat penting, termasuk orang tua, pendidik, dan pemerintah.
Dengan melibatkan generasi muda dalam proses pembelajaran aktif, generasi ini dapat menjadi pionir dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat. Oleh karena itu, perlu ada lebih banyak program dan inisiatif yang mendukung upaya ini.
Kesadaran kolektif dalam mengatasi tantangan informasi di era digital akan sangat menentukan masa depan masyarakat. Tanpa upaya bersama, tantangan yang ada akan semakin sulit untuk dihadapi. Ini adalah kesempatan bagi Generasi Z untuk menunjukkan kepemimpinan mereka dalam menghadapi tantangan ini dengan bijak.












