Dalam konteks dinamika organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, Kiai sepuh Nahdlatul Ulama baru-baru ini menggelar Musyawarah Kubro yang menekankan pentingnya konsolidasi internal. Acara yang berlangsung di Pondok Pesantren Lirboyo ini dihadiri oleh ratusan tokoh kiai dan pengurus NU dari seluruh penjuru tanah air, baik secara langsung maupun daring.
Musyawarah ini diikuti oleh 601 peserta secara langsung dan 546 secara daring, merepresentasikan 308 PWNU dan PCNU. Hal ini menunjukkan komitmen yang tinggi dari para peserta untuk mendiskusikan urusan internal yang mempengaruhi organisasi dan umat.
Keberadaan kiai sepuh dalam musyawarah tersebut, termasuk nama-nama terkemuka seperti KH Anwar Manshur dan KH Ma’ruf Amin, memberikan berat pada pesan yang ingin disampaikan. Mereka berharap agar jajaran kepemimpinan PBNU dapat mengambil langkah konkret untuk meredakan ketegangan yang terjadi.
Ringkasan Musyawarah Kubro dan Pesan Utama
Musyawarah Kubro mengangkat isu ketidakpastian yang dihadapi oleh PBNU, dengan harapan ada islah atau penyelesaian internal. Kiai sepuh melihat perlunya cara menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung cukup lama dan berdampak serius terhadap kepercayaan umat.
Dalam forum tersebut, perwakilan menyuarakan keprihatinan mengenai semakin meruncingnya konflik internal. Meskipun berbagai usaha untuk melakukan islah telah dilakukan, tantangan masih terus ada, dan ini menjadi perhatian utama dalam diskusi.
Kondisi yang ada saat ini dianggap merugikan citra Nahdlatul Ulama baik di mata umat maupun publik. Oleh karena itu, Kiai sepuh meminta tindakan nyata dari pengurus agar marwah organisasi dapat kembali terjaga.
Dukungan Memperkuat Rencana Islah dalam Organisasi
Musyawarah ini tidak hanya sekadar pertemuan, tetapi merupakan momen penting untuk menawarkan solusi bagi keberlangsungan NU. Kiai sepuh secara eksplisit meminta Rais ‘Aam dan Ketua Umum PBNU untuk menangani masalah ini dengan serius dalam waktu yang telah ditentukan.
Lingkup diskusi mencakup peran penting dari Mustasyar PBNU sebagai pihak yang diharapkan dapat mengambil alih kekuasaan jika islah tidak tercapai. Ini diharapkan dapat memberikan jalan konstitusional untuk memastikan keberlangsungan organisasi.
Selain itu, forum ini juga menekankan pentingnya menjaga keutuhan jam’iyyah agar tidak terus terpuruk dalam konflik internal yang berkepanjangan. Pesan tersebut disampaikan dengan penuh harapan agar semua pihak dapat berkomitmen untuk menyelesaikan masalah secepatnya.
Langkah-Langkah Kritis Menuju Muktamar Luar Biasa
Dalam situasi di mana islah tidak tercapai, Musyawarah Kubro telah menyiapkan skenario untuk menyelenggarakan Muktamar Luar Biasa (MLB). Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menemukan jalan keluar bagi krisis yang ada jika tidak tercapainya kesepakatan.
Rencananya, MLB akan dilaksanakan dengan melibatkan dukungan minimal 50 persen + 1 PWNU dan PCNU untuk memastikan legitimasi langkah tersebut. Hal ini menunjukkan keinginan untuk melakukan reformasi yang diperlukan dalam organisasi.
Penyelenggaraan MLB dijadwalkan sebelum keberangkatan kloter pertama jamaah haji tahun 2026, menjadikan agenda ini sangat mendesak. Kesiapan ini menjadi tanda bahwa para kiai sepuh tidak hanya berbicara, tetapi juga siap untuk mengambil tindakan nyata.
Langkah terakhir yang diambil dalam Musyawarah Kubro ini adalah mendorong keterlibatan semua unsur NU dalam kepanitiaan MLB. Ini bertujuan agar event tersebut dapat mencerminkan kebutuhan dan harapan seluruh anggota NU di berbagai tingkatan.
Dengan kolaborasi yang kuat dan dukungan dari berbagai elemen, diharapkan MLB dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan keputusan yang dapat membawa perubahan positif bagi organisasi Nahdlatul Ulama.
Melalui semua usaha ini, para kiai sepuh berdoa agar Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan perlindungan bagi Nahdlatul Ulama, agar organisasi ini dapat terus menjalankan fungsi dan perannya di tengah masyarakat.












