Yahya Cholil Staquf, yang sering dikenal dengan sebutan Gus Yahya, memastikan bahwa dirinya tidak akan mundur dari posisi sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), meskipun saat ini ia menghadapi tekanan untuk mundur dari beberapa anggota Syuriah PBNU. Penegasan ini disampaikan setelah pertemuan koordinasi Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama se-Indonesia di Surabaya, Jawa Timur, pada akhir pekan lalu.
Gus Yahya menyatakan bahwa tidak ada dalam pikirannya untuk mengundurkan diri dari jabatan yang ia pegang saat ini. Pertemuan tersebut menjadi momen penting, di mana berbagai isu dan tantangan dalam organisasi dibahas secara mendalam.
Dengan tegas, Gus Yahya menunjukkan komitmennya untuk menjalankan tugasnya hingga masa khidmat selesai. “Saya telah mendapatkan amanat untuk menjalani masa ini dan akan menjalankannya sebaik mungkin,” tuturnya.
Menegaskan Legitimitas sebagai Ketua Umum PBNU
Penting untuk dicatat bahwa Gus Yahya memperoleh dukungan mayoritas dari para pengurus Nahdlatul Ulama saat Muktamar ke-34 yang berlangsung di Bandar Lampung pada tahun 2021. Karena itu, ia merasa memiliki legitimasi yang kuat untuk tetap memimpin organisasi ini dalam periode yang telah ditentukan.
Dalam pernyataannya, Gus Yahya menggarisbawahi bahwa pengurus nahdliyin telah memberikan mandat selama lima tahun kepadanya. Mandat tersebut dirasakannya sebagai tanggung jawab untuk membawa PBNU ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh organisasi.
Dengan keyakinan yang kuat, ia menyampaikan harapannya agar dapat menyelesaikan masa jabatannya hingga tahun 2026. “Insya Allah, saya sanggup menjalani tugas ini,” tambahnya dengan penuh optimisme.
Isu Pemakzulan yang Mengemuka di Tengah Pertikaian Internal
Ketidakpuasan tersebut mencerminkan munculnya berbagai pandangan dan ketegangan di kalangan pengurus PBNU terkait arah kebijakan dan kepemimpinan Gus Yahya. Isu ini memberikan gambaran tentang dinamika yang terjadi di dalam organisasi yang telah berdiri lebih dari satu abad.
Sikap Gus Yahya yang tegas untuk tidak mundur menandakan bahwa ia siap menghadapi tantangan tersebut. Ia berupaya untuk tetap fokus pada visi dan misi PBNU, meskipun ada tekanan dari beberapa pihak yang mungkin tidak sejalan dengan pandangannya.
Pentingnya Kesatuan dalam Organisasi Nahdlatul Ulama
Di tengah perbedaan pendapat yang muncul, Gus Yahya menekankan pentingnya menjaga kesatuan di dalam Nahdlatul Ulama. Menurutnya, sebuah organisasi besar harus bisa memelihara dialog dan komunikasi yang konstruktif, agar semua pihak merasa didengar dan diperhatikan.
Kesatuan ini menjadi kunci untuk mencapai tujuan-tujuan besar yang diusung oleh PBNU. Gus Yahya percaya bahwa berbagai perbedaan pendapat yang ada tidak seharusnya memecah belah, tetapi justru memperkaya perspektif yang ada untuk kemajuan organisasi.
Dalam konteks ini, ia mengajak seluruh anggota PBNU untuk bersinergi dan bekerja sama demi kepentingan bersama. “Kita harus saling mendukung satu sama lain, karena kita adalah bagian dari keluarga besar Nahdlatul Ulama,” tegasnya.












