Dinas Kesehatan Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), tengah melakukan investigasi terkait kasus keracunan massal yang dialami oleh 331 orang penerima manfaat Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kota SoE. Penyelidikan ini meliputi pengambilan sampel makanan serta air yang diduga menjadi penyebab terjadinya insiden tersebut.
Wakil Bupati TTS, Johny Army Konay, dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa proses pengambilan sampel sudah dilakukan dan dikirim ke Balai POM Kupang untuk dianalisis lebih lanjut. Hasil pemeriksaan ini diharapkan dapat mengungkap penyebab pasti dari keracunan yang terjadi.
Sampel makanan yang diambil berasal dari dapur umum yang dikenal sebagai SPPG, dan termasuk juga air yang dipakai untuk memasak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk meminimalkan risiko kejadian serupa di masa depan dan meningkatkan keamanan pangan di daerah tersebut.
Situasi Terkini Mengenai Kasus Keracunan Massal di TTS
Pemeriksaan atas sampel makanan tersebut menjadi langkah krusial dalam memahami mekanisme terjadinya keracunan terhadap para penerima manfaat MBG. Insiden ini terjadi pada hari Jumat, yang mengakibatkan 331 orang mengalami gejala keracunan.
“Kami berharap hasil pemeriksaan akan segera keluar sehingga bisa diketahui penyebab pastinya,” ujar Army. Pengawasan terhadap dapur umum dan proses distribusi makanan juga akan ditingkatkan setelah kejadian ini.
Data hingga Jumat sore menunjukkan bahwa jumlah korban tidak bertambah, namun situasi tetap diawasi dengan ketat. Tim dari Dinas Kesehatan dan dinas terkait akan berkoordinasi untuk memastikan bahwa kasus serupa tidak terulang di masa mendatang.
Keterangan Tambahan Dari Pihak Dinas Kesehatan TTS
Dr. R. A. Karolina Tahun, Kepala Dinas Kesehatan TTS, menegaskan bahwa semua sampel sudah dikirim untuk pemeriksaan laboratorium. Dia mengkonfirmasi bahwa proses pengambilan sampel berlangsung lancar dan tepat waktu.
Sebelumnya, kasus keracunan ini melibatkan lebih dari tiga ratus orang dari berbagai lokasi yang mendapatkan makanan dari SPPG Kota SoE. Ini mencakup berbagai institusi pendidikan dan posyandu.
Korban yang terpapar mengalami gejala seperti mual, muntah, dan diare, yang memerlukan perawatan medis. Tim medis telah dibentuk untuk menangani situasi ini dengan serius dan cepat.
Data Mengenai Korban dan Lokasi Terjadinya Keracunan
Insiden ini berdampak pada masyarakat dari berbagai lapisan, dengan lebih dari seratus korban dirawat di beberapa posko kesehatan. Ini menampilkan urgensi dari situasi dan perlunya perhatian lebih terhadap sistem kesehatan publik.
Daftar lokasi serta jumlah penerima manfaat yang terlibat mencakup berbagai sekolah, analisa yang lebih mendalam diperlukan untuk memastikan apakah seluruh rantai pasokan aman. Data menunjukkan bahwa korban datang dari 12 lokasi berbeda.
Selanjutnya, informasi lebih lanjut tentang distribusi pangan dan monitoring keamanan juga akan menjadi fokus perhatian. Adanya kasus ini membuka mata banyak pihak mengenai pentingnya transparansi dan keselamatan makanan di tingkat lokal.












